Hambatan Genting: Membangun Kepribadian Kuat pada Milenial Baru
Generasi Milenial, terutama mereka yang lahir di akhir rentang waktunya (sering disebut juga Milenial Baru atau Zillennials), menghadapi serangkaian tantangan unik dalam pembentukan kepribadian yang kuat. Di tengah laju perubahan sosial dan teknologi yang tak terduga, muncul hambatan genting yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, baik keluarga, institusi pendidikan, maupun lingkungan kerja. Bagaimana kita dapat membimbing mereka untuk mengembangkan resiliensi, adaptasi, dan integritas di era yang penuh gejolak ini?
Salah satu hambatan genting utama adalah tekanan konstan dari media sosial dan perbandingan sosial yang intens. Mereka tumbuh dengan akses mudah terhadap kehidupan orang lain yang seringkali disajikan secara selektif dan ideal. Hal ini dapat memicu kecemasan, rasa tidak cukup, dan kesulitan dalam mengembangkan identitas diri yang otentik. Dorongan untuk tampil sempurna di dunia maya seringkali berbanding terbalik dengan kondisi mental dan emosional di dunia nyata, yang dapat mengikis kepercayaan diri dan kemandirian.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi dan tantangan pasar kerja juga menjadi faktor hambatan genting. Milenial Baru sering kali dihadapkan pada persaingan yang ketat, tuntutan keterampilan yang terus berubah, dan minimnya jaminan kerja dibandingkan generasi sebelumnya. Kondisi ini dapat memengaruhi motivasi, menunda kemandirian finansial, dan menimbulkan stres yang berdampak pada kesehatan mental serta kemampuan mereka untuk merencanakan masa depan.
Peran pendidikan dan keluarga menjadi sangat krusial dalam mengatasi hambatan-hambatan ini. Institusi pendidikan perlu menekankan tidak hanya pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan soft skills seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, kreativitas, dan resiliensi. Program mentoring dan konseling yang efektif juga diperlukan untuk membantu mereka menavigasi kompleksitas emosional dan psikologis. Keluarga harus menjadi tempat yang aman untuk berekspresi, di mana nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan ketahanan diajarkan.
Sebagai contoh informasi, sebuah laporan dari Pusat Studi Generasi Universitas Airlangga yang diterbitkan pada tanggal 25 Mei 2025 menunjukkan bahwa 55% Milenial Baru di perkotaan Indonesia mengalami gejala stres ringan hingga sedang akibat tekanan sosial dan ekonomi. Laporan tersebut menyimpulkan, “Ini adalah hambatan genting yang tidak bisa diabaikan. Perlu ada intervensi kolektif untuk membekali mereka dengan kepribadian yang tangguh.” Oleh karena itu, investasi pada pengembangan karakter dan kesehatan mental Milenial Baru adalah investasi penting bagi masa depan bangsa.
